Wednesday, December 26, 2012

Biarkan Impianmu Menggantung dan Mengambang 5 cm

diambil dari sebuah novel terkenal yang belakangan diangkat menjadi sebuah film yang cukup sukses di Indonesia. Berikut kutipan puisi yang paling saya suka :


Biarkan Impianmu Menggantung dan Mengambang 5 cm

Taruh mimpi itu di sini...
Juga keinginan dan cita-cita kamu...
Semua keyakinan, keinginan, dan harapan kamu...
Apa yang kamu kejar taruh di sini...
Jangan menempel di kening...
Biarkan dia menggantung... mengambang... 5 cm di depan kamu...
Jadi dia tidak akan pernah lepas dari mata kamu...
Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan itu setiap hari, lihat setiap hari, dan percaya kamu bisa.
Apapun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu tidak bisa menyerah.
Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri...

Dan sehabis itu yang kamu perlu cuma,,,
Kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,,,
Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,,,
Mata yang akan melihat lebih lama dari biasanya,,,
Leher yang akan lebih sering melihat ke atas,,,
Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja,,,
Hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,,,
Dan mulut yang akan selalu berdoa,,,

Keep our dreams alive, and we will survive...

5 cm , Donny Dhirgantoro

Tuesday, December 11, 2012

Nyaman

Tujuan akhir dari usaha manusia adalah kenyamanan, iya gak sih?
Sebagian dari kita beribadah karena mengharap surga, dan kenapa yang diharapkan surgaa? ya, karena setahu kita surga itu nyaman...
Sebagian lagi beribadah terus menerus dengan keyakinan bahwa Surga dan Neraka bukan urusan mereka, dan apa yang memotivasi kalau bukan surga? Tak usah rumitkan ini karena jawabannya jelas, mereka telah merasakan kenyamanan yang langka ketika bisa dekat dengan Tuhannya...

Seorang pemulung bersusah payah mengkuliahkan anaknya, ia berpikir anaknya jangan sampai seperti dia yang tidak sekolah tinggi, dulu ia merassa tidak nyaman dan kini ia ingin anaknya nyaman,
Mengapa seseorang ingin jadi pegawai negeri? Karena gaji rutin tiap bulan bikin tenang dan bikin nyaman...

Kita betah ngobrol sama seseorang karena kita merasa nyaman,
kita bertahan lama dalam suatu hubungan karena kita nyaman,

Tapi, tiap orang tentu punya standar sendiri soal kenyamanan idaman...

Misalnya saja seperti pagi ini, saya kunjung ke bekas sekolah dan banyak sekali guru yang heran kenapa saya gak kuliah, bahkan ada yang bilang, "Eman-eman loo otakmu itu kalau gak kuliahh...". Jadi ingat bertahun-tahun lalu saat menjelang Ujian Nasional beberapa guru menyempatkan bertemu saya langsung karena memang waktu itu saya sudah memutuskan tidak kuliah, bahkan ada guru yang mencoba mempengaruhi saya dengan mengatakan bahwa menjadi pegawai itu jauh akan lebih nyaman dan bermanfaat daripada sekedar menjadi santri...

Hmmm... Saya bisa mengerti jalan pikir guru-guru saya, karena memang jalur akademis yang mereka lalui pada akhirnya, yang mereka rasakan, adalah membuat mereka nyaman. Termasuk para pegawai, para pengusaha yang tentu dengan cerita dan jalur kenyamanan sendiri-sendiri...

Tapi, seringkali mereka melupakakan kenyamanan bathin,
- Kenapa keluarga kaya raya kadang justru rawawn perpecahan keluarga,
- Kenapa seseorang dengan gaji yang telah cukup justru memaksakan diri mengejar jabatan yang lebih tinggi,
- Ahh banyak sekali kenapa dalam pikiran saya...

Yang jelas, di dunia pesantren salafi, yang mungkin terlihat bagi sebagian orang, melahirkan pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang hidup pas-pasan, dan mungkin sangat tidak nyaman, justru disitulah kenyamanan bathin ditemukan..

"Saat seseorang membentur banyak kesulitan hal lahiriyah, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghibur diri lagi selain mengusahakan bagian yang lain, yakni bathin..."
Mungkin sebab itu, seseorang yang sudah terlalu hidup enak tidak pernah bisa menemukan 'sesi bathin' mereka

Ah sampai mana ya...
Pikiran saya campur aduk,
Kenyamanan santri seperti ini tidak mudah dilihat semua orang,
cobalah dahulu, dan kenyamanan bathin seperti ini yang sejati,
tentang bagaimana mudah tersenyum dalam segala keadaan,
bersyukur saat kaya maupun miskin...

Aamiin

Monday, December 10, 2012

Malaikat yang belum Ketemu

Setelah 6 tahun pencarian pun belum kunjung dipertemukan... Namun ada kemajuan...

6 tahun yang lalu, selepas masa idah ibu saya, kakak saya mengajak kami serumah (ibu saya dan 3 putranya yg waktu itu semuanya belum menikah, yg putri laris manis hehe) untuk ziarah jawa tengah dan jawa timur, juga mengunjungi mbah saya di Lasem. Kakak saya ingin menghibur kami terutama ibu yang tentu masih kehilangan selepas ditinggal Bapak. Jadilah kami bermepat melakukan perjalanan panjang menggunakan Espass peninggalan Bapak...

Perjalanan yang sangat tenang, sangat membahagiakan, dan teramat berarti karena kami berempat jadi terikat jauh lebih dekat selaqma perjalanan. Saat berangkat kami mengambil jalur pantura, dan pulangnya lewat jalur Selatan. Selain berziarah kami juga mencari rumah-rumah saudara yang lama tak berhubungan. Ada kepuasan tersendiri melihat wajah Ibu yang begitu bahagia karena di Tuban kami berhasil menemukan rumah salah satu kerabat. Tapi yang paling hebat adalah saat kami berhasil mengantar Ibu ke Bangilan, tempat penuh kenangan Ibu semasa kecil, kereta tengah hutannya, lapangan dekat stasiun, K Misbah dengan karangan-karangannya.... Bayangkan karena kami berhasil membawa Ibu kesana setelah terbentang jarak 24 tahun dari kunjungan Ibu yang terakhir... Tentu tempatnya sudah jauh berbeda, namun meski butuh waktu beberapa menit untuk mempercayai itu Ibu, seperti Ibu yang waktu itu juga masih setengah percaya bisa ketempat itu lagi, tapi akhirnya keharuan yang luar biasa yang ada di depan mata kami. Apa lagi yang bisa mewakili perasaan mereka setelaah puluhan tahun tidak bertemu selain tangis... Apa lagi yang bisa menggambarkan keharuan dan kepuasan kami selain tangis...

Namun cerita sebenanrnya adalah saat perjalanan pulang, setiba Sragen, beberapa kilometer dari perbatasan Jawa Tengah Jawa Timur, di tengah hujan lebat, mobil kami mogok sementara matahari hampir terbenam. Keadaan makin mendesak karena waktu itu uang kami hanya tersisa sedikit untuk perjalanan pulang sedang ATM ketinggalan... Saya lupa kerusakan apa waktu itu yang pasti uang kami tak cukup untuk membeli saprepartnya... Tapi kami dikenalkan dengan seseorang tehnisi traktor yang wktu itu berjuang keras membantu kami. Waktu itu dia mengantar kami mencarikan sparepart tapi toko tutup semua... Setelah berjam-jam, Di saat kami semua sudah pasrah dan akan pulang naik bus, orang itu belum juga putus asa dan terus mencari cara, sampai akhirnya mobil kami nyala... Saya ingat sekali pesannya, "InsyaAlloh sampai Purworejo, tapi harus segera diganti ya disana..."

Entah saking girangnya atau apa, waktu itu setelah memberikan amplop dengan uang yang sangat sedikit, karena uang kami hampir habis, dan setelah berterima kasih kami segera meluncur pulang... Kami bahkan lupa belum sempat tahu namanya apalagi nomer handphonenya...

Selama 6 tahun ini beberapa kali kakak saya dalam perjalanannya ke Jawa Timur, berusaha mencari tempat mogok dulu tapi tidak ketemu. Barulah hari ini, ketika Ibu ikut, beliau masih sangat ingat tempatnya. Tempat mogok itu berhasil ditemukan, tapi ketika kami masuk ke desa mencari-cari rumah orang terssebut ccukup lama belum juga ketemu. Ada perasaan kecewa yang sangat besar, setelah 6 tahun kami belum juga berhasil menemukannya... Apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Banyak sekali pertanyaan di benak saya khususnya... Tapi ada sedikit kemajuan, mungkin lain kali Alloh akan menghendaki kami bertemu... Aamiiin...

Perjalanan pulang dengan sedikit kecewa, sepertinya harus mampir di Jogja, karena hawa Jogja seringkali menyembuhkan berbagai kesedihan