Tujuan akhir dari usaha manusia adalah kenyamanan, iya gak sih?
Sebagian dari kita beribadah karena mengharap surga, dan kenapa yang diharapkan surgaa? ya, karena setahu kita surga itu nyaman...
Sebagian lagi beribadah terus menerus dengan keyakinan bahwa Surga dan Neraka bukan urusan mereka, dan apa yang memotivasi kalau bukan surga? Tak usah rumitkan ini karena jawabannya jelas, mereka telah merasakan kenyamanan yang langka ketika bisa dekat dengan Tuhannya...
Seorang pemulung bersusah payah mengkuliahkan anaknya, ia berpikir anaknya jangan sampai seperti dia yang tidak sekolah tinggi, dulu ia merassa tidak nyaman dan kini ia ingin anaknya nyaman,
Mengapa seseorang ingin jadi pegawai negeri? Karena gaji rutin tiap bulan bikin tenang dan bikin nyaman...
Kita betah ngobrol sama seseorang karena kita merasa nyaman,
kita bertahan lama dalam suatu hubungan karena kita nyaman,
Tapi, tiap orang tentu punya standar sendiri soal kenyamanan idaman...
Misalnya saja seperti pagi ini, saya kunjung ke bekas sekolah dan banyak sekali guru yang heran kenapa saya gak kuliah, bahkan ada yang bilang, "Eman-eman loo otakmu itu kalau gak kuliahh...". Jadi ingat bertahun-tahun lalu saat menjelang Ujian Nasional beberapa guru menyempatkan bertemu saya langsung karena memang waktu itu saya sudah memutuskan tidak kuliah, bahkan ada guru yang mencoba mempengaruhi saya dengan mengatakan bahwa menjadi pegawai itu jauh akan lebih nyaman dan bermanfaat daripada sekedar menjadi santri...
Hmmm... Saya bisa mengerti jalan pikir guru-guru saya, karena memang jalur akademis yang mereka lalui pada akhirnya, yang mereka rasakan, adalah membuat mereka nyaman. Termasuk para pegawai, para pengusaha yang tentu dengan cerita dan jalur kenyamanan sendiri-sendiri...
Tapi, seringkali mereka melupakakan kenyamanan bathin,
- Kenapa keluarga kaya raya kadang justru rawawn perpecahan keluarga,
- Kenapa seseorang dengan gaji yang telah cukup justru memaksakan diri mengejar jabatan yang lebih tinggi,
- Ahh banyak sekali kenapa dalam pikiran saya...
Yang jelas, di dunia pesantren salafi, yang mungkin terlihat bagi sebagian orang, melahirkan pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang hidup pas-pasan, dan mungkin sangat tidak nyaman, justru disitulah kenyamanan bathin ditemukan..
"Saat seseorang membentur banyak kesulitan hal lahiriyah, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghibur diri lagi selain mengusahakan bagian yang lain, yakni bathin..."
Mungkin sebab itu, seseorang yang sudah terlalu hidup enak tidak pernah bisa menemukan 'sesi bathin' mereka
Ah sampai mana ya...
Pikiran saya campur aduk,
Kenyamanan santri seperti ini tidak mudah dilihat semua orang,
cobalah dahulu, dan kenyamanan bathin seperti ini yang sejati,
tentang bagaimana mudah tersenyum dalam segala keadaan,
bersyukur saat kaya maupun miskin...
Aamiin
Bener Banget :)
ReplyDelete